Bengalon

sumber ilustrasi: blackulin.wordpress.com
Terbentuknya wilayah Bengalon pada dasarnya tidak terlepas dari sejarah Kerajaan Kutai .Kata Bengalon sendiri berasal dari Bahasa India Bungalow  yang artinya rumah. Namun, karena dialeg masyarakat lokal yang tidak bisa menyebutkan kata Bungalow dengan benar, maka wilayah ini lebih sering disebut dengan nama Bengalon.
Dulunya Daerah Bengalon dikenal dengan nama Kampung Sepaso. Sepaso sendiri  merupakan tanah sumahan atau tanah sesembahan (jujuran atau mahar) dari Raja Kutai bernama Aji Batara Agung paduka Nira yang ingin meminang seorang putri bernama Putri Petung. Sepaso Sendiri berarti 3/4 kaleng tugalan yang artinya luas wilayah yang diberikan adalah seluas 3/4 kaleng tugalan.
Masyarakat Kampung Sepaso dulunya tinggal di Muara Sungai Bengalon, lalu pindah ke Kampung Gudang Dalam, dan sekitar tahun 1969 mulai menetap di Kampung Sepaso, tepatnya di desa yang saat ini menjadi  pusat wilayah Desa Sepaso Selatan.
Sejak Bengalon masih dikenal dengan nama Kampung Sepaso sistem kepemimpinan pada dasarnya sudah ada, namun memang sifatnya masih sangat sederhana dan tradisional. Pemimpin biasa disebut dengan nama Petinggi. Dari wawancara yang dilakukan, diperoleh informasi tentang para Petinggi yang pernah memimpin Kampung Sepaso, yakni :
  • Petinggi Tundak (….-1959)
  • Petinggi M.Yusuf (1959-1963)
Peralihan kepemimpinan dari Petinggi Tundak ke Petinggi M.Yusuf bukan karena Petinggi Tundak wafat atau meninggal dunia, namun karena saat itu terjadi peristiwa pembunuhan salah seorang warga, dan Petinggi Tundak tidak mampu mengambil keputusan, maka kepemimpinannya diserahkan kepada Petinggi M.Yusuf yang merupakan anak dari Petinggi Tundak.
Pada tahun 1963 model kepemimpinan di kampung ini sudah mengalami perubahan, mulai dari nama Kampung menjadi Desa, dan Petinggi menjadi Kepala Desa. Diawal berdirinya desa, kepemimpinan masih diteruskan oleh Petinggi yang menjabat yaitu Petinggi M.Yusuf. Lalu, pada tahun 1996 kepemimpinannya sebagai kepala desa berakhir dan digantikan oleh anak beliau yaitu Bu Nurhidayah. Beliau merupakan wanita pertama yang memegang kepemimpinan di Desa Sepaso, dengan masa jabatan antara tahun 1996-2004.
Pada tahun 2002 Kepala Desa Sepaso Bu Nurhidayah melakukan pemekaran desa menjadi 4 yaitu Desa Muara Bengalon, Sepaso Timur, Sepaso Induk, dan Sepaso Selatan. pemekaran ini dilakukan mengingat Alokasi Dana Desa yang dulunya dikenal dengan nama Bantuan Desa (BANDES) yang diterima oleh Desa Sepaso nilainya sangat kecil, sehingga sangat sulit melakukan pembangunan desa yang memiliki wilayah cukup luas. Desa-desa hasil pemekaran ini disiapkan selama 2 tahun dan pada tahun 2004 resmi menjadi desa definitif.
Hasil wawancara dengan Bu Nurhidayah (Ketua Lembaga Adat Kecamatan Bengalon dan Mantan Kepala Desa Sepaso Periode 1996-2004) pada tanggal 01 Desember 2010.
By : Fajriati Sunia : http://sunnybengalon.wordpress.com/

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bengalon"

Posting Komentar