Kalipancer

ilustrasi: agus arief al pancery


Sekilas Mengenai Dusun Kalipancer
Mungkin wilayah ini tidak sebegitu terkenal bila disbanding dengan tempat-tempat lain yang mengandung nilai sejarah. Namun demikian tidak ada salahnya apabila saya mencoba mengulas sedikit tentang daerah saya ini,
ya itung-itung mencoba mengangkat nilai historis wilayah kelahiran nenek moyang saya, mudah-mudahan dengan ditulisnya sejarah yang tak pernah ditulis oleh siapapun ini akan membuat sedikit menambah pengetahuan bagi generasi muda yang akhir-akhir ini sudah tidak begitu antusias untuk mengetahui sejarah. Diungkapkan oleh para tokoh bahwa ciri bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah, berangkat dari sinilah saya tergugah untuk mencoba membeberkan sekelumit pengetahuan mengenai seluk beluk sebuah dusun diwilayah Kabupaten Purworejo kecamatan Bener desa Guntur yaitu dusun Kalipancer.
Sedikit kita ulas mengenai istilah Desa Guntur, istilah ini di ambil dari nenek moyang wong Guntur beliau adalah Ki Ageng Guntur Geni. Menurut beberapa sumber tokoh masyarakat yang tertutur secara lisan dan turun temurun dipercaya bahwa Guntur Geni adalah seorang punggowo kerajaan Jipang Panolan yang melarikan diri ke hutan dan berdomisili di hutan. Dari situlah berkembang menjadi sebuah perkampungan yang besar yang sekarang disebut Guntur. Makam Ki Ageng Guntur Geni berada di lembah sungai Bogowonto atau Watukuro dalam sejarah lama. Makam beliau banyak di ziarahi masyarakat untuk sekedar ngalap berkah mbah Guntur Geni. Sebagian masyarakat mempercayai bahwa kesaktian mbah Guntur Geni masih terasa sampai sekarang, sehingga tidak sedikit anak-anak muda yang ngudi kasekten untuk mengubah penampilan menjadi otot kawat balung wesi dengan cara ngalap berkahe simbah Guntur Geni.
Adapun dusun Kalipancer terletak di sebelah utara kelurahan Guntur, daerah ini merupakan bagian dari Desa Guntur. Desa Guntur terbagi menjadi 10 dusun diantaranya: Krajan Siji, Krajan Loro, Gabugan, Siroto, Sibatur, Sipelas, Kaliangkup, Karang Tengah, Jolodoro, Gupit dan Kalipancer. Masing masing dukuh dipimpin oleh seorang
Bayan, sesuai maknanya dalam bahasa arab bayan berarti penjelas, namun dalam istilah ndeso di artikan menyampaikan penjelasan dari Pak Lurah karena membawai beberapa dusun, maka untuk lebih efektifnya di bentuklah wakil-wakil yang di tanam di dusun dusun tersebut. Saat ini dusun Kalipancer di pimpin bayan Ki Ageng Adiyase seorang yang bijak dan berbudi di kalangan warga Kalipancer, maka tak heran bila hingga saat ini masih di tuakan di usun Kalipancer tersebut.

Kalipancer Secara Geografis
Dusun Kalipancer terletak di dataran tinggi pegunungan kahyangan, di apit oleh pegunungan Kunir di sebelah timur, gunung Sindiro dan gunung Sumbing di sebelah utara sedang sebelah barat dan selatan merupakan hamparan Sungai Bogowonto atau yang jaman dahulu di kenal dengan sungai Watukuro, wilayah ini sekitar 50 Km ke arah utara dari pantai selatan, terletak diantara dua kabupaten yaitu Purworejo dan Wonosobo.
Bentuk tanah Kalipancer sifat kesuburannya tidak merata, bagian utara dan timur mayoritas merupakan daratan atau yang dikeal dengan tanah tegalan, bagian selatan dan barat merupakan tanah kerikil bebatuan dan berbentuk lereng curam. Bila dilihat dari udara akan tampak hamparan bukit kecil Puntuk dan Trenggiling, disebut bukit Puntuk karena bukit ini berbentuk seperti tanah yang methuthuk maka dari itu nenek moyang menamainya dengan bukit Puntuk. Sedang bukit yang satunya di sebut Trenggiling mungkin jaman dahulu merupakan sarang hewan trenggiling, makanya nenek moyang memberikan nama bukit trenggiling. Sebelah barat daya bukit puntuk terdapat lembah Seprih dengan ditandai pohon beringin tua berumur ratusan bahkan mungkin ribuan tahun, pohon ini satu namun berdaun dua macam yakni daun pohon beringin dan daun pohon bhulu. Lembah seprih inilah disinyalir merupakan asal mula nama dusun Kalipancer, karena dibawah pohon yang berusia ribuan tahun tersebut terdapat sumber air yang selalu mancer sepanjang masa, pada musim hujan maupun musim kemarau tetap mancer dengan stabil. Zaman dahulu semua masyarakat untuk aktifitas mandi, mencuci dan ambil air konsumsi semua di kalisepreh ini. Namun seiring dengan berkembangnya jaman dan meningkatnya kesejahteraan ekonomi masyarakat maka masing-masing orang sudah mandi dan cuci di rumah masing-masing.
Diantara bukit Puntuk dan trenggiling terdapat lembah Setompak, istilah setompak berasal dari dua kata siti yang berarti tanah atau lemah dan umpak yang berarti ganjel atau tempat untuk berdirinya sebuah tiang. Istilah ini ada hubungannya sebuah cerita yang menurut nenek moyang bahwa sebenarnya bukit puntuk dan trenggiling adalah merupakan cikal bakal sebuah gunung besar, namun pada proses penciptaanya kamanungsan ( ketahuan orang) sehingga batal atau gagal, padahal sudah dipasang umpak atau ganjal untuk mendirikan tiangnya. Maka dari itu karena yang tersisa hanya umpak maka disebutlah setompak.
Adapun nama-nama daerah di wilayah kalipancer sangat banyak dan tiap-tiap nama mengandung nilai sejarah, nama-nama tersebut diantaranya : Ngadipolo, Munggang, Seprih,Kebonombo, mbeji, merengngetan, merenggedul, watutawing, sigandu, suwinong, simangir, pathuk, cikalang, kaligondang, sibedok, mustokobeter, muntuk, trenggiling, bengkal, kebonlor, seriyek dan karetan.
Kalipancer merupakan tanah yang subur maka tak hayal bahwa yang paling cocok adalah pertanian, tanaman yang paling cocok dan banyak di tanam adalah tanaman kencur, padi, Lombok, jeksin,lubis, telo ubi, telo rambat dan jenis kayu-kayuan seperti pohon albasia, jati dan mahoni. Semua jenis tanaman tersebut sangat menopang ekonomi masyarakat kalipancer pada umumnya.


Gambaran masyarakat Kalipancer
Warga dusun Kalipancer semua merupakan suku jawa asli yang menganut ajaran agama Islam bermadhab imam syafi’i dan dengan pemahaman manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mereka sebagian besar taat melaksanakan ajaran agama dan menjunjung tinggi sopan santun dan budi pekerti. Masyarakat kalipancer terbagi menjadi dua kelompok yaitu kalipancer lor dan kalipancer kidul. Masing-masing di tuwani oleh bayan yang notabenenya merupakan perpanjangan tangan dari Kepala Desa.Kalipancer lor terdiri dari 2 Rt dan kalipancer kidul terdiri dari 2 Rt. Secara psikologis masyarakat kalipancer lor lebih bersifat halus sedang kalipancer kidul cenderung agak keras. Namun hal ini membuat dusun kalipancer tampak sebagai dusun yang sempurna, ada yang keras dan ada yang lembut semua saling menyempurnakan, masing-msing karakter mempunyai manfaat besar yang tersembunyi.
Mayoritas masyarakat Kalipancer adalah bercocok tanam sebagai petani, sebagian ada yang berdagang beternak dan pegawai negeri. Mereka bercocok tanam padi-padian di sepanjang tepian sungai Bogowonto, untuk cocok tanam Lombok dan umbi-umbiyan banyak dikerjakan di lereng-lereng dan dataran tinggi kalipancer. Sedang yang beraktifitas dagang kebanyakan dengan system mencari hasil tani dari rumah kerumah atau bahkan dari hutan ke hutan yaitu dengan cara membeli hasil bumi, seperti pete, cengkeh, kencur, kelapa dan lain sebagainya. Pembelian dengan berbagai model ada yang transaksi layaknya jual beli di pasar namun ada juga yang menggunakan sistem tebas atau system Pembelian ijon, hal ini tergantung dari kesepakatan pihak penjual dan pembeli . Adapun masyarakat yang berusaha ternak hewan mayoritas jenis mamalia seperti kambing, kerbau, sapi dan ada juga yang ternak ayam kampung dan ayam pedaging.
Bahasa yang digunakan sehari-hari sebagai media interaksi antar individu adalah bahasa jawa asli dengan memperhatikan pakem tingkatan penggunaan bahasa. Yaitu bahasa ngoko, kromo standar dan kromo inggil. Bahasa ngoko mereka gunakan untuk komunikasi antar individu yang selevel, seperti anak-anak dengan anak-anak, remaja dengan remaja dan orang tua dengan orang tua yang merasa status sosialnya sederajat. Sedang kromo standar sering dipergunakan antara anak-anak dengan remaja atau orang tua. Adapun kromo inggil jarang digunakan karena bahasa ini hanya pantas di gunakan orang awam dengan orang yang sangat di hormati seperti sesepuh desa, pak lurah, pak kyai dan orang-orang tua yang bepengaruh di sekitar wilayah tersebut.
Makanan pokok masyarakat kalipancer sama dengan mayoritas penduduk Indonesia pada umumnya yaitu padi yang sudah di olah menjadi beras. Selain padi ada juga jagung dan ketela ubi yang melengkapi bahan konsumsi sehari-hari. Sayur mayur biasa mereka tanam sendiri di ladang seperti bayem, kacang, lobor, mbayung, daun ketela dan ontong atau jantung buanga pisang kapok.
Dalam segala kegiatan yang bersifat umum selalu di kerjakan secara gotong royong yang di kordinir oleh pimpinan dusun yakni Bayan. Demikian juga dalam mengambil putusan sebuah kebijakan selalu di lakukan secara musyawarah untuk mencapap mufakat, jadi apapun yang sudah menjadi sebuah keputusan adalah mertupakan hasil keputusan bersama, sehingga tidak ada sejarahnya pelanggaran-pelanggaran terhadap kebijakan dusun karena aturan tersebut merupakan hasil bikinan sendiri.
Hubungan dalam sebuah keluarga sebutannya sebagian masih bersifat tradisionil merupakan warisan dari nenek moyang, seperti sebutan untuk ibu dengan menggunakan istilah simbok atau biyung, sebutan untuk ayah dengan istilah bopo atau bapak, kakak dengan sebutan kakang atau kangmas, sebutan untuk pak De dan bu De dengan istilah uwo yang artinya saudara tuwo atau yang dituawakan, karena umur mereka di atas umur orang tuanya dalam talian keluarga.dam masih banyak lagi seperi lek sebagai seburan untuk om atau tante, alon untuk sebutan sebagai keponakan, misan untuk sepupu, ipe untuk sebutan ipar, moro tuwo untuk sebutan mertua, simbah kakung untuk sebutan kakek, simbah putri untuk sebutan nenek, buyut untuk sebutan orang tuanya simbah, canggah untuk sebutan orang tuanya buyut, wareng untuk sebutan orang tuanya canggah dan udeg-udeg siwur untuk sebutan orang tuanya canggah.
Tradisi gotong royong masih sangat terasa dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti dandan umah dan ewuh mantu maupun hajat lainya, segala kebutuhan baik yang bersifat materiel maupun tenaga ditanggung secara bersama, hal ini tidak ada paksaan maupun tekanan dari aparat namung dilakukan secara suka rela. Hal ini sungguh merupakan suatu tradisi yang patut dilestarikan.

Tradisi lama yang tersisa.
Sebagaian masyarakat kalipancer hingga saat masih memelihara tradisi lama peninggalan nenek moyang, terutama masal-masalah ritual setiap kali akan melakukan atau memulai sebuah pekerjaan besar. Misalnya orang yang akan merehab atau mendirikan sebuah rumah biasanya di dahului dengan ritual tolak balak, yang tujuannya meminta keselamatan kepda Allah swt. Namun do’a yang dibaca selain doa-doa yang sering di pakai umat islam juga masih ada ungkapan-ungkapan yang berbahasa kuno yang mengacu pada sebuah kepercayaan orang-orang kuno.ungkapan ini sepertinya di tujukan pada salah satu tokoh seng mbahu rekso suatu lingkungan atau wilayah, karena sering kita dengar adanya sebutan kyai catok dan nini catok, mungkin tokoh imajinatif ini di harapkan agar kayu-kayu komponen rumah bisa saling catok mencatok sehingga rumah yang dibuat berkualitas kuat.
Tradisi lain adalah banyak anak-anak kecil di cukur kuncung, yaitu bagian pusat rambut dibiarkan tidak dicukur sampai batas waktu yang ditentukan, sehingga rambut ini akan tampak ljauh lebih panjang dari rambut kepala yang lain. Tradisi ini mungkin dipercaya sebagai simbul dan harapan agar berumur panjang, karena rambutnya nglewer panjang.
Tradisi tolak balak yang lain masih banyak lagi seperti sholat rebo wekasan yang doanya dengan cara menghadap ke enam penjuru angin, miwiti setiap akan panen padi dengan cara membuat nasi megono untuk di antar ke pematangan sawah, membuat among-among setiap hari kelahiran anak kecil selalu diperingati selapan hari sekali misalnya lahir hari ahad wage maka setiap ahad wage keluarga akan membuatkan among-among yang terdiri dari nasi setampah dengan kluban dan lauk rese atau ikan asin, telur dan urap krambil,dan masih banyak lagi tradisi yang saya tidak dapat menyebutkan satu persatu.

Penyebaran Islam di Kalipancer
Masuknya agama Islam di dusun kalipancer tidak dapat diketahui dengan jelas, karena tidak ada catatan atau bukti tertulis yang dapat dijadikan sebagai acuan, namun dapat diperkirakan sekitar jaman walisongo islam sudah ada di Kalipancer walau penganutnya masih sangat minim. Minimnya penganut Islam karena penduduknya waktu itu juga masih sangat sedikit. Dugaan bahwa Islam sudah ada semenjak walisongo yaitu di tandai adanya sebuah petilasan syeh Dombo salah satu tokoh penyebaran agama Islam di pulau jawa , dalam cerita walisongo syeh domba adalah salah satu murid dari sunan Kalijogo. Selain petilasan syeh Dombo juga ditemukan sebuah petilasan syeh Dimyati yang berlokasi di kali Rau tepi kalenan dengan tanda pohon aren kembar. Makam petilasan ini dahulu ditemukan oleh kyai Muklas Abror al Siroto sekitar tahun 1988 an, makam ini sewaktu baru di temukan sempat ramai di ziarahi oleh masyarakat namun saat ini sudah tidak sebegitu ramai.
Tokoh penyebaran Islam yang masih sangat bisa diingat oleh para sesepuh dusun kalipancer adalah Kyai Sabikhis, beliau adalah tokoh dalam segala bidang, sebagai pengayom dan sebagai tabib masyarakat. Kyai Sabikis merupakan tokoh kharismatik yang di kenal oleh banyak orang di wilayah Purworejo dan wonosobo. Banyak masyarakat yang selalu meminta pertolongan, terutama masalah pengobatan tradisional. Karena jasa-jasanya inilah maka beliau banyak saudaranya sampia ke segala pelosok seperti karang tengah, sipudak dan kapulogo, semua wilayah ini berada di kabupaten Wonosobo. Masyarakat mengenal kyai Sabikis sebagai figure ulama sakti yang di segani, banyak kelebihan-kelebihan yang tidak dipunyai oleh masyarakat pada umumnya, hal ini karena ilmu maunah yang dimilikinya. Dalam perjalanannya kyai sabikis merupakan orang yang rajin prihatin demi mencapai drajat mashurnya, diantaranya pernah berkhalwat atau menyepi atau nepi (bahasa ndeso) di gua watu tawing sebuah tempat di lereng tebing batu yang terletak di sebelah barat kalipancer di atas sungai bogowonto, tempat ini dahulu juga pernah untuk menyepi atau topobroto joko tingkir tokoh legendaries kerajaan Jipang Panolan. Kyai Djalan menceritakan bahwa kyai sabikis sering mencari ikan di bogowonto menyelam dengan menggunakan lampu sentir namun anehnya lampu tersebut tidak mati walau terendam dalam air berjam-jam. Kyai sabikis juga pernah tidur ditengah-tengah keramain orang teinjak-injak tanpa diketahui satu orangpun,beliau pernah juga mencoba ilmu ringin setangkep dengan membeli jam dinding di orang cina namun jam yang dibelinya tidak tampak oleh penjualnya sehingga penjualnya menganggap beliau tidak beli apa-apa. Kelebihan yang beliau miliki mungkin karena garis silsilahnya kebanyakan orang-orang sekti seperti Ki Selobranti, Ki Agengselo dll. Informasi ini berdasarkan catatan silsilah kyai sabikis yang beliau tulis di kitab usang tulisan tangan bertinta latu daun bambu yang beliau gunakan untuk mulang ngaji sehari-hari di dusun. Dalam catatan silsilahnya disebutkan bahwa bertutut-turut dari bawah ke atas adalah sebagai berikut; Sabikhis anaknya Sokromo, Sokromo anaknya Kromo Sari, Kromo Sari anaknya Selo Branti, Selo Branti anaknya Ageng selo. Semua tokoh yang tertera dalam silsilah tersebut masih dapat ditapak tilas, kyai sabikis bermakam di Sitompak kalipancer, kyai Sokromo di banyuwangi Jawa Timur beliau wafat di Banyuwangi saat silaturahmi ke tempat keluarganya sehingga di makamkan di sana. Sedang makam Kromosari anak cucu dusun kalipancer kurang tahu dimana lokasinya, adapun Selo Branti makamnyan berlokasi di Dusun Jlamprang kecamatan Bener. Menurut cerita selo Branti salah satu prajurit kerajaan mataram yang ahirnya menetap menjadi guru kanuragan di purworejo, dengan kesaktiannya beliau banyak mengalahkan penjajah dalam pertempurannya.
Kyai sabikhis adalah orang yang pertama kali mendirikan sholat ju’at di dusun kalipancer, karena sebelumnya masyarakat kalipancer melaksanakan sholat jum’at di desa Guntur yang jaraknya sekitar 3 kilo perjalanan kaki. Shalat jum’at pertama dilaksanaka oleh 7 orang, mereka adalah tokoh-tokoh misuwur di kalangan kalipancer pada saat itu. Namun lambat laun yang berjamaah semakin banyak bahkan dari liar desa seperti desa limbangan, legetan dan kahyangan menjadi satu di kalipancer.

Pendidikan
masyarakat kalipancer menjunjung tinggi ilmu pengetahuan karena mereka mempunyai keyakinan bahwa dengan pengetahuan yang luas maka seseorang akan hidup lebih sejahtera, mempunyai wibawa, minimal mempunyai status sosial yang jelas dalam lingkungan masyarakat. Dengan pemahaman yang sudah mengental di masyarakat kalipancer maka berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan ilmu pengatahuan terutama untuk generasi yang akan datang, tak hayal bila anak-anak yang ada di kalipancer adalah semua mengeyam pendidikan minimal tingkat dasar, namun tidak sedikit yang melanjutkan ditingkat sekolah lanjutan seperti SMP dan MTs baik di sekolah negeri maupun swasta. banyak juga anak-anak yang mengenyam penddidikan SLTA, ada yang di SMA, MA, dan SMK atau STM bahkan di jaman modern ini banyak masyarakat yang menuliahkan anaknya ke berbagai pergutuan tinggi.
Penggalakan pendidikan di dusun kalipancer sudah dirintis sejak jaman penjajah, para sesepuh desa sering mennisahkan bahwa jaman penjajah mereka sudah pernah ikut merasakan pendidikan walau sebulan atau dua bulan. pendidikan yang mereka rasakan tempo dulu dirasakan sangan kejam tidak seperti yang kita liat jaman sekarang ini, karena guru waktu itu apabila mengejar dengan menggunakan tuding (tongkat kecil alat penunjuk tulisan), penggaris kayu yang tak segan segan menggunakannya untuk memukul atau mendera.
Fasilitas pendidikan di kalipancer sekarang ini baru ada madrasah dan TK Insan Mulia milik yayasan PKK desa Guntur, TK (taman Kanak-Kanak) baru terbentu beberapa tahun ini yaitu sekitar tahun 2002 yang pada saat itu prtakarsai oleh alumni UIN Jogja Ustadz Deden Hamsa bekerja sanma dengan beberapa tokoh masyarakat dan anak-anak terpelajar maka terbentuklah sebuah Taman Pendidikan Anak-anak. Keberadaan TK tenyata disambut baik oleh masyarakat dan pemerintah buktinya dalam waktu yang relatif muda TK Insan Mulia sudah dapat bantuan fasilitas dari pihak pemerintah yaitu berupa gedung Belajar melalui Bantuan PNPM 2009. Sedangkan Madarsah yang ada sekarang ini merupakan rintisan dari jaman dahulu yaiyu sewaktu kyai Fatkhurrohman (dulu dikenal: Muhyani) sepulang dari pondok pesantren mengadakan kegiatan madrasah diniah yang beliau tampung di serambi masjid al muttaqien. namun lama kelamaan karena muridnya banyak maka pemerintah memberikan bantuan tenaga pengajar dan bantuan fasilitas gedung. tahab demi tahap kini MI maarif kalipancer sudah berdiri megah dengan kontruksi bangunan lantai dua.

Organisasi
Wardah perkumpulanmasyarakat baik kalangan tua maupun remaja terbina dengan baik sejak jaman bahulak, hal ini bisa kita ketahui dari cerita sesepuh-sesepuh kalipancer menceritakan pengabdiannya pada sebuah organisasi, baik parpol maupun ormas. Namun yang masih jelas bisa kita liat sekarang adalah wadah organisasi sosial seperti NU, Ansor, IPNU banyak masyarakat yang masih eksis terlibat dalam kegiatan tersebut baik ditingkat dusun, desa bahkan kecamatan.
wadah aspirasi dan kegiatan remaja seperti Karang Taruna juga tersstruktur dengan baik, bahkan di kalipancer terdapar dua kelompok karang taruna yaitu karang taruna kalipancer I dan Karang Taruna Kalipancer II yang masing-masing disatukan dalam wadah Karang Taruna Kalipancer. Kegiatan yang dilakukukan secaran kontinyu adala pengajian selapanan, menabung, arisan dan yasinan. adapun yang bersifat even besar seperti pengadaan lomba folly, sepak bola dll biasa mereka laksanakan pada bulan agustus sebagai bentuk partisipasi merayakan kemerdekaan Indonesia.
kelompok yang paling menarik dan palinh eksis sehingga bisa di jadikan organisasi percontohan adal Kelompok Tani. Di dusun kalipancer terdapat 2 kelompok tani yang masing-masing eksis dan salling bekerja sama, yaitu kelompok tani Sidomulyo dan Kelompok Tani Sidodadi. kegiatan ngumpul bareng mereka programkan setiap selapan hari sekali, adapun materi yang di bahas adalah seputar pengembangan mutu pertanian dan kegiatan wajib menabung serta simpan pinjam. anggota yang tergabung dalam kelompok tani ini semua merasa sejahtera karena keberadaan kelompok sanga t membantu kelancaran dalam pengolahan pertaniannya. dengan tergabung dengan kelompok mereka dapat bersama-sama minta bantuan pemerintah baik bersifat peralatan maupun kridit pengembangan pertanian

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Kalipancer"