sumber ilustrasi: www.indowebby.com |
Kong Hu Cu atau
Konfusis adalah seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama
penegembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang
mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi
pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan
perilaku yang baik.
Dalam ia
mengajarkan ajaran-ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan,
ia menolak membicarakan tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika,
ia hanya seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan
akhlak pribadi manusia yang baik. Namun dikarenakan ajaran-ajaran lebih banyak
mengarah pada kesusilaan dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering
digolongkandan dianggap sebagai pembawa agama.
Menurut para
penganutnya, khong Hu cu bukan sekedar suatu ajaran yang diciptakan oleh Nabi
Khong Hu Cu melainkan agama (Chiao) yang telah diturunkan oleh Thien (Tuhan
Yang Maha Esa), lewat nabi dan Raja suci purba ribuan tahun sebelum lahir Nabi
Khong u Cu. Dalam kitab Susi VII. 1.2 telah dijelaskan bahwa Kong Hu Cu hanya
menerukan, tidak menciptakan, ia sangat menaruh percaya dan suka kepada yang
kuno itu. Peran yang telah dilakukannya hanya sebagai Bok Tok, Genta Rohani
yang mencanangkan firman Thian, agar manusia kembali hidup menempuh Jalan Suci.
Kong Hu Cu telah dipilih oleh Thian untuk melestarikan, membangkitkan kembali,
meneruskan dan menyempurnakan agama-Nya.
Menurut catatan
sejarah, ajaran para Nabi dan Raja Suci purba ditulis sejak Raja Suci Tong
Giau, atau 17 abad sebelum Kong Hu Cu lahir. Dengan kata lain, agama Ji Kau
melalui proses yang terbentuk sejak abad 22 SM hingga pasca Kong Hu Cu
meninggal (abad 3 SM). Ajaran Ji Kau sendiri baru dikompilasi pada tahun 79 M
dan terhimpun dalam kitab suci Ngo King. Kong Hu Cu hanya menulis 2 kitab yaitu
Chu Chiu dan Hau King bersama 72 orang muridnya. Menurut penganutnya semua
ajaran yang terhimpun dalam kitab suci merupakan Thian Sik atau wahyu Tuhan.
Oleh karena itu, Kong Hu Cu dipercayai sebagai agama langit atau agama yang
diturunkan oleh Thian (Tuhan Yang Maha Esa).
Sebagaimana
disebutkan, peran Kong Hu Cu adalah mengumpulkan, menuliskan dan meneruskan
kembali ajaran suci, ajaran purba, agama terpelajar. Kehadirannya bersamaan
dengan kondisi masyarakat yang pada waktu itu selalu dalam kekacauan politik,
ekonomi dan berkecamuknya peperangan serta kebiadaban.
Pada saat itu
kehadiran Kong Hu Cu merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat yang sudah
melampaui batas-batas kemanusiaan, sehingga terpanggil untuk membangkitkan
kembali agama Ru, agama orang lembut, bijak dan terpelajar. Karena itu, tidak
mengherankan kalau dikatakan bahwa Kong Hu Cu berpusat pada kemanusiaan dan
keduniakinian atau kurang memperhatikan hari kemudian. Memang Kong Hu Cu lebih
menitikberatkan ajaran tentang apa yang harus dikerjakan manusi di dunia ini.
Hari kemudian adalah refleksi hari ini. Hasil semua perbuatan di dunia kini
akan dipanen di hari akhir. Titik berat kekinian dan kemanusiaan itu merupakan
dorongan bagi pemeluknya untuk menjadi orang bijak dan bajik, baik terhadap
orangtua, keluarga, tetangga maupun negaranya.
Pendiri dan Pembawa ajaran Kong Hu Cu
Uraian tantang pribadi Kong Hu Cu dan cara hidupnya
digambarkan dalam laporan-laporan dari para muridnya yang terhimpun di dalam
‘Lun Yu’ yaitu suatu analisis kehidupan Kong Hu Cu. Guru dari Shantung ini
berasal dari keluarga sederhana, yang jujur dan setia berbakti kepada ‘Thian’.
Diceritakan bahwa kelahirannya pada tahun 551 SM dikota kecil Lu di wilayah
propinsi Shantungsekarang. Yang diiringi oleh peristiwa-peristiwa ajaib dan
pada tubuhnya terdapat tanda-tanda luar biasa. Dia lahir sebagai anak bungsu
yang mempunyai 11 saudara.[5]
Sejak mudanya ia
menderita, karena ditinggal mati ayahnya pada usia 3 tahun, dan hanya dibesarkan
oleh ibunya dan kakeknya. Ia termasuk pemuda yang cerdas yang senang belajar
ilmu pengetahuan dan music. Menjelang dewasa, pada usia 35tahun ia bekerja
sebagai pegawai di pemerintahan umum di tempat asalnya untuk beberapa tahun
saja yakni sejak Raja Muda Ciau, pada usia 51-55 tahun Kong Hu Cu aktif dalam
pemerintahan dan terakhir menjabat sebagai Menteri Kehakiman merangkap Perdana
Menteri. Dalam waktu yang relatif singkat, ia berhasil mengangkat martabat
negeri Lo sehingga dihormati oleh negeri-negeri lain. Ia berhasil dan
berpengalaman dalam memperbaiki pemerintahan Lo yang kacau, penuh peperangan,
korupsi, dan kesengsaraan rakyat, melalui perbaikan system pemerintahan,
filsafat dan etika, dengan tetap berakar pada tradisi kepercayaannya. Kemudian
berhenti pada tahun 528 SM dan selama 16 tahun menjadi guru. Karena ibunya
wafat, ia lalu pergi mengasingkan diri untuk bersemadi selama tiga tahun.
Setelah selesai meditasinya ia menyampaikan ajaran-ajarannya sehingga
berangsur-angsur ia mempunyai pengikut. Memasuki umur 50 tahun namanya memuncak
naik dan mendapat kedudukan tinggi dalam pemeritahan.
Pengalaman dalam birokrasi pemerintahan dan politik itu
tidak begitu lama, karena Raja Muda Ting jatuh karena mengabaikan system
pemerintahan yang telah lama dibina oleh Kong Hu Cu. Dalam usia 56 tahun ia
meninggalkan negeri Lo dan mengembara ke dalam dunia spiritual serta
memposisikan diri sebagai Bok Tok ( genta Rohani).
Dalam masa 13
tahun Kong Hu Cu mengembara dan menyampaikan ajarannya ke berbagai Negeri
bersama murid-muridnya yang setia menjadi guru keiling, sambil menyempurnakan
ajaran agama Ji Kau yang saat itu mulai pudar karena kekalutan zaman. Kemudian
ia wafat dalam usia 72 tahun, tepatnya
pada tanggal 18 bulan Imlek, 479 SM dan dimakamkan di kota Chii Fu,
Shantung. Misi Genta Rohani dilanjutkan oleh murid-muridnya dan para
penganutnya dengan cara masing-masing. Di antara para muridnya yang terkenal
adalah ‘Meng Tsu’ (372-288 SM) dan ‘Syuun Tze’ (300-235 SM). Dikarenakan cara
penekanan dan penafsiran yang berbeda terhadap ajaran-ajaran gurunya, maka
ajaran Kong Hu Cu yang kemudian disebarluaskan itu menjadi berbeda-beda.
Sehingga muncul tidak kurang dari delapan lairan paham tentang ajaran Kong Hu
Cu. Di samping itu ajaran Kong Hu Cu ini banyak pula mendapat saingan dari
ajaran atau paham keagamaan lainnya. Betapapun juga kebanyakan orang Cina juga
tidak menganut agama lain ia tetap menghormati ajaran Kong Hu Cu dengan
muridnya Meng Tsu ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Chu disembah
sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia
sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Chu
telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya
perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Chu.
Sistem Ketuhanan
Ru Jiao atau
agama Kong Hu Cu adalah agama monotheis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang
biasa disebut sebagai Thian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha
Kuasa). Tuhan dalam konsep Kong Hu Cu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan,
namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak
terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman.
Di dalam kitab
Ngo King Tuhan biasa diberi kata sifat sebagai berikut:
Ø Siang Thian,
artinya Thian Yang Maha Tinggi
Ø Hoo Thian, artinya
Thian Yang Maha Besar
Ø Chong Thian,
artinya Thian Yang Maha Suci
Ø Bien Thian, artinya
Thian Yang Maha Pengasih
Ø Hong Thian, artinya
Thian Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta
Ø Siang Thian,
artinya Thian Yang Maha Menciptakan Alam Semesta
Kong Hu Cu percaya adanya Thian yang selalu harus dihormati
dan dipuja karena Dialah yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia
harus melakukan upacara-upacara keagamaan sesederhana dan sekhidmat mungkin
agar mendapat berkah dari Thian. Dalam kaitan ini, umat manusia harus
mencermati dan meneladani tingkah laku orang tua, karena menurut agama Kong Hu
Cu, ornag tua adalah wakil Thian.
Hanya kebijakan
berkenaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tiada jarak jauh tidak terjangkau ,
kesombongan mengundang bencana, kerendahan hati meneriam berkat, demikianlah
jalan suci Tuhan Yang Maha Esa sepanjang masa. Jaln suci itu satu tetapi
menjalin, menembusi semuanya. Jalan suci itu ialah Satya dan Tepasarira, satya
kepada Firma Tuhan dan tepasarira, tenggang rasa, mencintai sesame dan
lingkungan hidupnya.
Firman Tuhan Yang
Maha Esa, Dialah menjadi watak sejati manusia, hakekat kemanusiaan yang mdnukung
harkat dan martabat manusia sehingga memiliki benih-benih kebijakan dan
kemampuan mengembangkannya. Bimbingan yang diturunkan Tuhan agar manusia mampu
membina diri menempuh jalan suvi itulah agama. Laku bakti itulah pokok cinta
kasih, kebijakan, yang dari padanya ajaran agama berkembang. Lalu, dimulai dari
merawat cita dan laku bakti kemudian dikembangkan nilai-nilai kebajikan yang
lain seperti rendah hati, setia, dapat dipercaya, susila, menjunjung kebenaran,
suci hati, tahu malu, dan sebagainnya.
Jalan suci yang
dibawa oleh ajaran agama itu ialah kebajikan gemilang, karunia Thian yang
memancarkan cahaya di dalam diri manusia. Mengasihi sesame makhluk atau rakyat
Tuhan Yang Maha Esa dengans ekuat tenaga dan upaya melaksanakan itu sehingga
mencapai dan berhenti di puncak baik, yang diridlai Tuhan Yang Maha Esa.
Hati manusia
senantiasa dalam gawat, agar hati di dalam jalan suci itu sungguh muskil. Maka,
senantiasa ambillah sari pati, senantiasa ambillah yang Esa itu, pegang teguh
tepat tengah, sikap hidup tegah sempurna, tepat dan harmonis, selaras, serasi
dan seimbang ke atas satya kepada Thian, mendatar, mencintai, tepasarira, dapat
dipercayai kepada sesame dan menyayangi
lingkungan.
Teguh tuluskan
Iman karena Dialah dasar kehidupan beragama, pangkal dan ujung segenap wujud,
tanpa Iman suatu pun tiada. Tuhan Maha Mendengar dan Maha Melihat seperti
rakyat mendengar dan melihat. Takutlah akan Thian, janganlah melanggar dan
melawan hukumnya, berbahagialah di dalam Thian, tulus lurus ikutilah hukum dan
firmanNya dengan patuh dan taqwa. Siapa melanggar hukum Thian akan binasa. Dan
siapa mengikuti hukum Thian akan terpelihara. Was-was dan hati-hatilah, apa
yang keluar dari kamu akan kembali kepada kamu. Dia yang takut akan Tuhan Yang
Maha Tinggi tidak berani tidak berlaku lurus, dia yang mengerti akan firman
Thian tidak berdiri di bawah tembok yang retak atau akan roboh.
Thian tidak
senantiasa dekat atau akrab, Dia dekat kepada yang hormat. Sungguh miliki yang
satu itu: Kebajikan, kepadanya hati Tuhan benar berkenan dan akan menerima
Firman Gemilang. Bila kebajikan itu Esa, tiap gerak tiada yang tidak membawa
berkah. Sebaliknya bila kebajikan itu mendua, tiap gerak tiada yang tidak
membawa bencana. Berkah dan bencana bukan karena ornagnya, hanya Tuhan
menurunkan bahaya dan bahagia menurut kebajikanNya. Bukanlah Tuhan itu memihak,
hanya melindungi yang satu: kebajikan. Karena itu, bila Thian menyalahkan
kebajikan di dalam diri, apakah yang dapat orang (jahat) berbuat atasnya? Cinta kasih itulah rumah selamat,
rumah sentosa. Kebenaran itulah jalan lurus. Kesusilaan itulah pintu gerbang
dan kebijaksanaan menyempurnakan segenap wujud. Jangan bimbang, jangan mendua
hati di dalam kebajikan, Tuhan Yang Maha Tinggi menyertaimu.
THIAN, Tuhan Yang
Maha Esa adalah yang maha sempurna yang menciptakan keharmonisan, keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan, menjadikan segala pelaku memeyik buah
perbuatanya. Yang Maha Kuasa dengan firman ddan hukum yang abadi, telah
mengaruniakan benih kebajikan yang hidup di dalam diri manusia, sehingga
memiliki kemampuan mengembangkan sifat-sifat cinta kasih, susila, kesadaran
menjunjung kebenaran, keadilan, kwajiban dan kebijaksanaan. Manusia wajib
mengembangkan benih-benih kebajikan, mengamalkanya dalam hidup dan memuliakan
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa serta menjadikan dirinya insane yang dapat
dipercaya sebagai makhluk yang satya kepada Khaliknya dan sebagai saudara
sejati kepada sesamanya.
Untuk mewujudkan
pernyataan bakti diadakan lee, kesusilaan dan peribadatan di dalam kehidupan
beragama. Kesusilaan dan peribadatan ialah rukun yang diterima oleh para
Singjien, nabi dan raja suci purba sebagai jalan suci Tuhan. Maka siapa
menerimanya akan penuh berkah hidupnya, tetapi siapa yang menolaknya akan
binasa. Orang zaman dahulu membina kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
kemudian mendapatkan kemuliaan pemberian manusia. Orang zaman sekarang membina
kemuliaan karunia Tuhan Yang MAha Esa
untuk mendapatkan kemuliaan pemberian manusia. Setelah mendapat kemuliaan
pemberian manusia lalu dibuanglah kemuliaan karunia Tuhan Yang MAha Esa itu.
Ajaran agama
membimbing manusia menyadari akan makna dan tujuan hidupnya, ketentraman hati,
kesentosaan batin sehingga dapat berpikir benar, agar membimbing manusia
meneliti hakekat tiap perkara. Dengan melaksanakan jalan suci, manusia yang
dibimbing agama, dengan ridha Tuhan Yang Maha Esa akan diperoleh hidup damai
dan sentosa dalam hidup pribadi, keluarga, masyarakat, dunia maupun akhirat.
Keimanan dalam Kong Hu Cu
Di dalam kitab
Tengah sempurna XIX: 18 ditulis, “Iman itulah jalan suci Tuhan Yang Maha Esa.
Berusaha memperoleh iman, itulah jalan suci manusia. Yang beroleh iman ialah
orang-orang yang setelah memilih dan mendekat sekuat-kuatnya yang baik”. Maka
iman ialah suatu sikap atau Susana batin yang berhubungan dengan sempurnanya
kepercayaan atau keyakinan kepada THIAN.
Manusia wajib
membina kehidupan dan mengamalkan apa yang menjadi iman manusia. Suatu agama
baru bermakna dalam hidup, kalau para pemeluknya benar-benar mengimaninya.
Tanpa itu, akan menjadi sesuatu yang tidak berarti. Agama Kong Hu Cu memberikan
dasar keimanan yang pokok yang dijabarkan dalam delapan keimanan Pat Sing Ciam
Kwi
Pengakuan Iman Yang Pokok
Tiap umat Kong Hu
Cu wajib memahami, menghayati, dan mengimani dasar keimananya yang pokok, yang
tersurat di dalam bab utama kitab Tengah Sempurna, bab utama ajaran besar, dan
salam iman yang tersurat di dalam kitab Su king. Pengakuan iman yang pokok
yaitu,
1. Seorang umat
Kong Hu Cu wajib beriman, satya, bertakwa dan hormat atau sujud terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. THIAN, Tuhan
Yang Maha Esa adalah khalik semesta alam dengan segala be nda dan makhluknya.
3. Hidup manusia
adalah oleh firman THIAN, maka manusia mengemban tugas suci sebagai manusia dan
wajib mempertahankan hidupnya kepada THIAN.
4. Firman THIAN
itu sekaligus menjadi watak sejati, hakekat kemanusiaan, yang menjadikan
manusia memiliki kemampuan melaksanakan tugas sucinya sebagai manusia.
5. Mewujudkan kebajikan,
yang di dalamnya mengandung benih-benih cinta kasih, kesadaran menjunjung
kebenaran/ keadilan/ kewajiban, kesusilaan dan kebijaksanaan yang hidup,
tumbuh, berkembang dalam rohani manusia, itulah tugas sekaligus tujuan suci
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
6. Terwujudnya
kebajikann dalam diri manusia adalah untuk diamalkan dalam kehidupan,
mengasihi, tenggang rasa, tepasarisa kepada rakyat, kepada sesame manusia, dan
menyayangi (memiliki) rasa tanggung jawab terhadap lingkungan hidupnya.
7. Mewujudkan
kebajikan, mengasihi sesama, menyayangi lingkungan, sehingga mecapai puncak
baik, itulah jalan suci yang wajib ditempuh manusia. Itulah jalan suci yang
selaras dengan watak sejati manusia.
8. Bimbingan yang
dikauriakan Tuhan Yang Maha Esa lewat para Bok Tok, Sing Jien atau nabi-nabinya
sehingga manusia dapat membina diri menempuh jalan suci, itulah agama, yang
merupakan ajaran besar bagi kehidupan ini.
9. Hanaya
kebajikann berkenan Tuhan, ini mengandung imabauan dan pengakuan iman bahwa
hormat akan Tuhan ialah melaksanakan FirmanNya, percaya terhadap Tuhan tidak
dapat dilepaskan dari hidup mewujudkan kebajikan dan mengamalkannya, didalam
terkandung pengertian paripurnanya ibadah dan disitulah makna (nilai) manusia
di hadapan Tuhan Khaliknya maupun di hadapan sesame makhluk dan lingkungannya.
Menjadi insane yang dapat dipercaya terhadap Tuhan Khaliknya maupun terhadap
sesamanya.
Kitab Suci Agama Kong Hu Cu
Kitab suci agama
Kong Hu Cu sampai kepada bentuknya yang sekarang mempunyai masa perkembangan
yang sangat panjang, kitab suci yang tertua berasal dari Raja Suci
Giau(2357-2255 SM) dan yang termuda ditulis Bingcu ( wafat tahun 289 SM),
melipuit masa sekitar 2000 tahun. Kitab suci yang berasal dari para nabi Purba
sesuai dengan wahyu yang diterima langsung Nabi kong Hu Cu dari Tuhan Yang maha
Esa disempurnakan dan dihimpun, kini disebut Ngo King (kitab suci yang lama)
sebagai kitab suci yang pokok. Ajaran-ajaran Nabi Kong Hu Cu dibukukan oleh
para muridnya dan dipertegas oleh Bingcu yang terhimpun dalam kitab Su Si
(kitab yang empat).
Kitab suci yang
lima terdiri dari:
1. Si King atau
kitab Sanjab. Kitab ini terdiri dari kumpulan nyanyian-nyayian upacara yang
bersifat puji-pujian terhadap keagungan
Tuhan maupun upacara di istana.
2. Su King atau
kitab dokumentasi sejarah suci.
3. Ya king atau
kitab perubahan. Kitab ini mempunyai nilai universal, berisi ajaran tentang
penjadian alam semesta sehingga dengan menghayati isi kitab ini, manusia dapat
menyingkap tabir kuasa Tuhan dengan segala aspeknya.
4. Lee King atau
kitab kesusilaan berisi ajaran kesusilaan dan peribadatan.
5. Chun Ciu King.
kitab suci ini berisi segala macam penilaian dan komentar nabi Kongcu atas
berbagai peristiwa zaman itu, sehingga sangat menarik dan bermanfaat untuk
disimak bagaimana sesungguhnya kebenaran yang harus ditegakan itu.
Kitab suci yang empat atau Su Si terdiri dari:
1. Thai Hak atau
ajaran besar berisi bimbingan dan ajaran pembinaan diri, keluarga, masyarakat,
Negara, dan dunia, ditulis oleh Cingcu atau Cing Cham, murid nabi dari angkatan
muda.
2. Tiong Yong
atau Tengah Sempurna berisi ajaran keimanan agama Kong Hu Cu: iman kepada
Tuhan, firman-Nya mengenai manusia, watak sejati, jalan suci dan peranan agama,
ditulis oleh Cu Su atau Kong Khiep, cucu nabi. Kitab ini dibukukan oleh
beberapa murid nabi.
3. Lun Gie atau sabda suci berisi percakapan
nabi serta para muridnya, juga tentang orang-orang zaman tersebut dan mengenai
oeri kehidupan sehari-hari nabi. Kitab ini
dibukukan oleh beberapa murid nabi.
4. Bingcu atau
kitab suci yang dituliskan oleh Bingcu yang berfungsi menegaskan dan meluruskan
tafsir ajaran agama Kong Hu Cu dalam memerangi penyelewengan.
Enam Kitab Klasik
1. Shu Ching.
Kitab ini mengandung 100 dokumen sejarah dinasti-dinasti kuno negeri China,
dimilai dari abad 24 SM sampai abad 8 M. dari buku ini dapat diketahui
bagaimana timbul tenggelamnya negeri Cina di zaman purba, yang menyangkut
ajaran kesusilaan dan keagamaan.
2. Shih Ching.
Kitab ini merupakan kumpulan kitab puisi dari masa lima abad pertama dinasti
Chan. Tujuan buku ini adalah agar para pengikut Kong Hu Cu mengetahui tentang
budaya dan sastra puisi yang mengandung nilai-nilai moral. Di dalamnya ada 300
lebih sajak-sajak pilihan.
3. Yi Ching.
Kitab ini mengemukakan tentang sisitem filsafat yang fanatic, yang menjelaskan
arti dasar tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).
4. Li Chi. Kitab
ini menguraikan tentang upacara-upacara trasdisional untuk menanamkan disiplin
rakyat, dan mengarah kan kehalusan budi, keagungan dan tingkah laku sopan
santun dalam pergaulan masyarakat. Dengan catatan bahwa Li adalah pernyataan
perasaandalam upacara kuno,bahwa Li tanpa perasaan adalah semu, dan jangan
dilakukan praktek yang merendahkan derajat.
5. Yeo. Kitab ini
merupakan kitab music, yang di masa Kong Hu Cu dikaitkan dengan puisi., setiap
sajak ada musiknya dan lagu-lagu lama dibuatkanya komposisi baru.
6. Chu’un Ch’ii.
Kitab ini menguraikan tentang musim semi dan musim rontok dengan peristiwa di
negeri Lu sejak tahun pertama pemerintahan Pangeran Yiu (722 SM) sampai tahun
ke-14 masa pemerintahan Pangeran Ai (481 SM), yang menguraikan tentang jalanya
pemerintahan yang baik dan dihukumnya para menteri yang bersalah.
Tiga Kitab Kebajikan
1. Tau Hsuch.
Kitab ini secara tradisional dikaitkan dengan Tseng Tsan, seorang pengikut Kong
Hu Cu yang utama, yang mengenukakan adanya tiga pertalian pokok dalam
perkembangan diri yaitu manifestasi kebajikan yang terkenal, mencintai rakyat,
dan berhenti pada kebaikan yang tinggi.
2. Chung Yung.
Kitab ini merupakan doktrin tentang kehendak (maksud) yang ditulis oleh cucu
lelaki Kong Hu Cu bernama Tzu su dan memberi petunjuk tentang ajaran Chung
(maksud) dan Yung (normaliti).
3. Hsioo Ching.
Kitab ini kklasik yang menujukan alimya anak, yang menguraikan percakapan antara
Tsung Tzu dan Kong Hu Cu tentang betapa pentingnya anak yang alim sehingga
menjadi dasar dan sumber dari kebajikan dan budaya bagi kehidupan selanjutnya.
Tiga Kitab Murid Kong hu Cu
1. Kitab Meng
Tsu. Kitab ini berisi himpunan ceramah dan percakapan antara Meng Tsu dengan
para Tuhan tanah, para menteri, teman-teman dan para muridnya.
2. Kitab Hsun
Tsu. Kitab ini aslinya memuat 322 pasal, tetapi kemudian diringkas menjadi 32
pasal.
3. Kitab Tung
Dhung Shu. Kitab ini memuat beberapa bahan ceramahnya dan percakapanya tentang
sifat dasar manusia, filasafat sejarah,
dan ilmu pengetahuan.
Kitab-kitab Klasik Cina
1. Yit-sying.
Kitab ini merupakan kitab nujum (ramalan) yang menguraikan tentang “heksagram”
yaitu piguraang dari enam tanda yang seluruhnya bejumlah 64. Unsure dasarnya
ialah garis lurus dan garis patah. Tanda-tanda tersebut secara berurut
melambangkan Yang yaitu unsure duniayang bersifat terang, kering, panas, lelaki,
aktif, dan Yin yaitu unsur dunia yang gelap, basah, dingin, wanita, dan pasif.
Inilah kedua dunia yang mendorong jalan Tao (susunan dunia).
2. Sjoe-tsing.
Kitab ini merupakan buku sejarah atau piagam yang berisi cerita turun temurun
raja Tsjou.
3. Sje-tsing. Kitab nyanyian dan puji-pujian.
4. Sje-tsing
kitab tentang musim, kronik negeri Lu tempat asal kong hu Cu.
5. Li-tsji. Kitab
tentang Li, yang memuat tentang kaidah-kaidah kehidupan dan ritus.
Sekte-Sekte Dalam Agama Kong Hu Cu
Murid utama Kong Hu Cu yang pandai berpidato, dan memiliki
keberanian kuat keyakinannya untuk mentenarkan ajarannya adalah Meng tsu.
Sumbangan Meng Tsu dalam melengkapi ajaran gurunya Kong Hu Cu menekankan pada
sifat perilaku manusia yang baik, siakp perilaku itu sudah dimiliki sejak
lahir. Menurut pandangannya orang yang memiliki sikap perilaku sejak lahir,
yaitu Jen (kebesaran hati), Yi (sifat berbudi) , Li (kesopanan) dan Chich
(kebijaksanaan).
Dengan demikian
jika sikap perilaku seseorang berubah menjadi jahat dalam hidupnya bukanlah
bawaanya sejak lahir. Begitu pula halnya dengan rasa terharu itu merupakan
kemanusiaan, rasa malu merupakan sifat budiman, sifat hormat merupakan
kesopanan, merasa benar dan merasa salah merupakan kebijaksanaan. Sifat-sifat
tersebut bukan karena diajarkan tetapi memang melekat dalam sifat dasar
manusia.
Menurut Meng Tsu
sifat dasar manusia itu dapat rusak sebagai akibat dari adanya hubungan hidup
yang kasar . ia mengatakan bahwa seorang pria adalah seorang yang tidak
kehilanganhati sebagai seorang anak yang amsih kecil, dan ahati anak kecil itu
adalah merupakan lambing atau sumber dari semua sumber yang baik dari sifat
dasar manusia, yang harus selalu dipegang teguh. Sekalipun demikian sayangnya
di dalam hidup ini, jika anjing atau ayam kita hilang, kita selalu berusaha
mencarinya, tetapi sedikit sekali dari kita yang mau berusaha untuk memperoleh
kebajikan kita yang wajar.
Dalam hal
pemerintahan Meng Tsu mendukung penuh ajaran gurunya Kong Hu Cu , bahwa pemerintah
yang baik itu bukan bergantung pada kekuatan tanpa peri kemanusiaan, tetapi
pada teladan yang baik dari penguasa. Untuk mencapai pemerintahan yang baik itu
katanya peranan rakyat yang penting diikutsertakan dalam pemerintahan. Rakyat
bukan hanya sekedar akar dan dasar bagi pemerintahan, tetapi juga merupakan
peradilan terakhir bagi pemerintah.
Berbeda dengan
Meng Tsu yang menjadi penganjur ajaran Kong Hu Cu yang ideal, maka Hsun tsu
menjadi penganjur ajaran gurunya yang realistic. HSun Tsu adalah seorang yang
tidak percaya pada adanya Tien (surga) sebagai pribadi Tuhan. Menurut
pendapatnya Tien itu adalah hukum alam
yang tidak berubah, seperti halnya bintang-bintang,dan lainnya., adalah
ketentuan hukum yang besar. Manusia itu kata Hsun Tsu bukanlah Tien yang
bertanggung jawab atas kehidupannya, ataupun kebahagiaan dan bencana alam yang
dialaminya. Jadi apabila sandang pangan
tersedia cukup dan dimanfaatkan secara ekonomi, tidaklah surge akan membuat
Negara miskin. Begitu pula apabila rakyat terus menerus menggunakan tenaganya
dengan memadai sesuai dengan musim, tidaklah surge akan menimpa kehidupan
rakyat, dan begitu juga jika Tao diikuti dan ridak terjadi
penyimpangan-penyimpangan, maka surge tidak akan mendatangakn kemalangan.
Jadi Hsun Tsu
menolak senua yang sifatnya tahayul, seperti ilmu firasat atau ramalan nasib,
dan ia juga mempersoalakan kemanjuran tentang doa-doa permohonan. Ia juga
mengkritik Meng Tsu, menurunya sifat dasar manusia itu jahat dan kebaikan tu
diperoleh dari lingkungan.
Doktrin-Doktrin Agama Kong Hu Cu
a. Beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Beriman bahwa
hidupnya (oleh dan) mengemban firman Tuhan.
c. Beriman bahwa
firman Tuhan itu menjadi tugas suci yang wajib dipertanggungjawabkan dan
sekaligius menjadi rahmat dan kemampuan di dalam hidupnya.
d. Beriman bahwa
hidupnya mampu mengikuti, tepat, selaras, serasi, dan seimbang dengan watak
sejati itu.
e. Beriman bahwa agama merupakan karunia bimbingan Tuhan
Yang Maha Esa untuk membina diri menempuh jalan kebenaran (suci) itu,
f. Beriman bahwa jalan suci itu menghendaki hidup memahami,
mengahayati, mengembangkan, menggemilangkan kebajikan benih kesucian dalam
watak sejatinya.
g. Beriman bahwa
kesetiaan menggemilangkan kebajikan itu wajib diamalkan dengan mencintai sesame
manusia, sesame makhluk dan menyayangi lingkungan.
h. Beriman bahwa
kewajiban suci adalah menggemilangkan kebajikan dan mengamalkanya sampai puncak
baik.
i. Beriman hanya di
dalam kebajikan itu Tuhan berkenan, hidup itu bermakna apabila dapat setia
kepada Khaliknya dan saudara sejati kepada sesamanya.
j. Beriman bahwa kebajiakn itulah jalan, keselamatan,
kebahagiaa tertinggi di dalam harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
termulia ciptaan Tuhan.
Intisari ajaran Khong Hu Cu
* Delapan
Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
o 1. Sepenuh Iman
kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
o 2. Sepenuh Iman
menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
o 3. Sepenuh Iman
Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
o 4. Sepenuh Iman
Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
o 5. Sepenuh Iman
memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
o 6. Sepenuh Iman
mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
o 7. Sepenuh Iman
memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
o 8. Sepenuh Iman
menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
* Lima Sifat
Kekekalan (Wu Chang):
o Ren - Cintakasih
o Yi -
Kebenaran/Keadilan/Kewajiban
o Li - Kesusilaan,
Kepantasan
o Zhi - Bijaksana
o Xin - Dapat
dipercaya
* Lima Hubungan
Sosial (Wu Lun):
o Hubungan antara
Pimpinan dan Bawahan
o Hubungan antara
Suami dan Isteri
o Hubungan antara
Orang tua dan anak
o Hubungan antara
Kakak dan Adik
o Hubungan antara
Kawan dan Sahabat
* Delapan
Kebajikan (Ba De):
o Xiao - Laku Bakti
o Ti - Rendah Hati
o Zhong - Satya
o Xin - Dapat
Dipercaya
o Li - Susila
o Yi - Bijaksana
o Lian - Suci Hati
o Chi - Tahu Malu
* Zhong Shu =
Satya dan Tepa selira/Tahu Menimbang:
"Apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan dilakukan
terhadap orang lain" (Lu nyu)
DAFTAR PUSTAKA
Hadakusuma, Hilman, S.H. Antropologi Agama, ( Bandung : PT Citra Adya Bakti), 1993
Qasim Mathar, Dr.H. Moch. Sejarah, Teologi dan
Etika Agama-Agama,(Yogyakarta: DIAN/INTERFIDAI), 2005
Nahar Nahrawi, Memahami Kong Hu Cu sebagai
Agama, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 2003
(sumber dari: http://kamiluszaman.blogspot.co.id)
0 Response to "Asal-usul agama Kong Hu Cu"
Posting Komentar