sumber ilustrasi: aanprihandaya.com |
Atas
bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut islam seperti
Jepara, Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan
ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang tengah berada dalam kondisi
yang sangat lemah. Dengan proklamasi itu, Radeh Patah menyatakan kemandirian
Demak dan mengambil gelar Sultan Syah Alam Akbar.
Pada
awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan seorang
putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda persahabatan kedua
negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa
di hati raja. Raja brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri
jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana majapahit. Pasalnya
sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki
permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja), masih kerabat Raja
Champa.
Sang
permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian Kaisar yan Lu.
Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari istana.
Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang, Arya
Damar. Nah di sanalah Raden Patah dilahirkan dari rahim sang putri cina.
Nama
kecil raden patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya raden patah
memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. 20
tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali
ke majapahit.
Raden
Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki usia belasan
tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar di Ampel
Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M.
Patah
sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para saudagar muslim
ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu
laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin,
seorang panglima muslim.
Raden
patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya, seperti raden Paku
(Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat).
Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi ulama dan membuat
permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang, Arya Dilah 200
tentaranya. Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah
tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa.
Di
Bintara, Patah juga mendirikan pondok pesantren. Penyiaran agama dilaksanakan
sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Perlahan-lahan, daerah tersebut
menjadi pusat keramaian dan perniagaan. Raden patah memerintah Demak hingga
tahun 1518, dan Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa sejak
pemerintahannya.
Secara
beruturut-turut, hanya tiga sultan Demak yang namanya cukup terkenal, Yakni
Raden Patah sebagai raja pertama, Adipati Muhammad Yunus atau Pati Unus sebagai
raja kedua, dan Sultan Trenggana, saudara Pati Unus, sebagai raja ketiga (1524
- 1546).
Dalam
masa pemerintahan Raden Patah, Demak berhasil dalam berbagai bidang,
diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan islam dan
pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama antara ulama dan umara
(penguasa).
Keberhasilan
Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia
melanklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478), hingga
dapat menggambil alih kekuasaan majapahit. Selain itu, Patah juga mengadakan
perlawan terhada portugis, yang telah menduduki malaka dan ingin mengganggu
demak. Ia mengutus pasukan di bawah pimpinan putranya, Pati Unus atau Adipati
Yunus atau Pangeran Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal. Perjuangan Raden
Patah kemudian dilanjutkan oleh Pati Unus yang menggantikan ayahnya pada tahun
1518.
Dalam
bidang dakwah islam dan pengembangannya, Raden patah mencoba menerapkan hukum
islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan
mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung
Demak. Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh walisanga.
Di
antara ketiga raja demak Bintara, Sultan Trenggana lah yang berhasil
menghantarkan Kusultanan Demak ke masa jayanya. Pada masa trenggan, daerah
kekuasaan demak bintara meliputi seluruh jawa serta sebagian besar pulau-pulau
lainnya. Aksi-aksi militer yang dilakukan oleh Trenggana berhasil memperkuat
dan memperluas kekuasaan demak. Di tahun 1527, tentara demak menguasai tuban,
setahun kemudian menduduki Wonosari (purwodadi, jateng), dan tahun 1529
menguasai Gagelang (madiun sekarang). Daerah taklukan selanjutnya adalah
medangkungan (Blora, 1530), Surabaya (1531), Lamongan (1542), wilayah Gunung
Penanggungan (1545), serta blambangan, kerajaan hindu terakhir di ujung timur
pulau jawa (1546).
Di
sebelah barat pulau jawa, kekuatan militer Demak juga merajalela. Pada tahun
1527, Demak merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran (kerajaan Hindu di Jawa Barat),
serta menghalau tentara tentara portugis yang akan mendarat di sana. Kemudian,
bekerja sama dengan saudagar islam di Banten, Demak bahkan berhasil meruntuhkan
Pajajaran. Dengan jatuhnya Pajajaran, demak dapat mengendalikan Selat Sunda.
Melangkah lebih jauh, lampung sebagai sumber lada di seberang selat tersebut
juga dikuasai dan diislamkan. Perlu diketahui, panglima perang andalan Demak
waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (sumatera), yang juga menjadi
menantu Sultan Trenggana.
Di
timur laut, pengaruh demak juga sampai ke Kesultanan banjar di kalimantan.
Calon pengganti Raja Banjar pernah meminta agar sultan Demak mengirimkan
tentara, guna menengahi masalah pergantian raja banjar. Calon pewaris mahkota
yang didukung oleh rakyat jawa pun masuk islam, dan oleh seorang ulama dari
Arab, sang pewaris tahta diberi nama Islam. Selama masa kesultanan Demk, setiap
tahun raja Banjar mengirimkan upeti kepada Sultan Demak. Tradisi ini berhenti
ketika kekuasaan beralih kepada Raja Pajang.
Di
masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan
gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam
seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia
berhasil mengalahkan Majapahit.
Trenggana
sangat gigih memerangi portugis. Seiring perlawanan Demak terhadap bangsa
portugis yang dianggap kafir. Demak sebagai kerajaan islam terkuat pada masanya
meneguhkan diri sebagai pusat penyebaran Islam pada abad ke 16.
Sultan
Trenggan meninggal pada tahn 1546, dalam sebuah pertempuran menaklukkan
Pasuran. Ia kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Setelah sultan trenggana
mengantar Demak ke masa jaya, keturunan sultan tersebut silih berganti berkuasa
hingga munculnya kesultanan pajang.
Masjid
agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak
terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan walisanga yang berpusat di
Masjid itu. Di sanalah tempat kesembilan wali bertukar pikiran tentang
soal-soal keagamaan.
Masjid
demak didirikan oleh Walisanga secara bersama-sama. Babad demak menunjukkan
bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477) yang ditandai oleh
candrasengkala Lawang Trus Gunaning Janma, sedangkan pada gambar bulus yang
berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan
bahwa masjid ini berdiri pada tahun 1479.
Pada
awalnya, majid agung Demak menjadi pusat kegiatan kerajaan islam pertama di jawa.
Bagunan ini juga dijadikan markas para wali untuk mengadakan Sekaten. Pada
upacara sekaten, dibunyikanlah gamelan dan rebana di depan serambi masjid,
sehingga masyarakat berduyun-duyun mengerumuni dan memenuhi depan gapura. Lalu
para wali mengadakan semacam pengajian akbar, hingga rakyat pun secara sukarela
dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat.
Cepatnya
kota demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas serta pusat
kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid Agung Demak. Dari sinilah
para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan kekuasaan yang
dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke seluruh Jawa.
Ada beberapa pendapat mengenai asal nama kota Demak,
diantaranya :
Prof.DR.
Hamka menafsirkan kata Demak berasal dari bahasa Arab “dama” yang artinya mata
air. Selanjutnya penulis Sholihin Salam juga menjelaskan bahwa Demak berasal
dari bahasa Arab diambil dari kata “dzimaa in” yang berarti sesuatu yang
mengandung air (rawa-rawa). Suatu kenyataan bahwa daerah Demak memang banyak
mengandung air; Karena banyaknya rawa dan tanah payau sehingga banyak tebat
(kolam) atau sebangsa telaga tempat air tertampung. Catatan : kata delamak dari
bahasa Sansekerta berarti rawa.
Menurut
Prof. Slamet Mulyono, Demak berasal dari bahasa Jawa Kuno “damak”, yang berarti
anugerah. Bumi Bintoro saat itu oleh Prabu Kertabhumi Brawijaya V dianugerahkan
kepada putranya R. Patah atas bumi bekas hutan Gelagah Wangi. Dasar
etimologisnya adalah Kitab Kekawin Ramayana yang berbunyi “Wineh Demak Kapwo
Yotho Karamanyo”.
Berasal
dari bahasa Arab “dummu” yang berarti air mata. Hal ini diibaratkan sebagai
kesusahpayahan para muslim dan mubaligh dalam menyiarkan dan mengembangkan
agama islam saat itu. Sehingga para mubaligh dan juru dakwah harus banyak
prihatin, tekun dan selalu menangis (munajat) kepada Allah SWT memohon
pertolongan dan perlindungan serta kekuatan.
sumber:
www.demakkab.go.id
wikipedia
dilansir
dari : http://demakkutowali.blogspot.com/
0 Response to "Demak"
Posting Komentar